Mencari artikel

Senin, 11 Mei 2009

jual beli fasid

BAB I
PENDAHULUAN


Pada dasarnya jual beli merupakan kebutuhan atau keharusan yang di lakukan setiap makhluk sosial. Karena manusia tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan dirinya tanpa bantuan orang lain. Sehingga adanya interaksi timbal baik yang diwujudkan dalam pertukaran barang dan harta, atau sebagainya dan didasari dengan sikap meridhoi (dalam hadist rosul).



Artinya: “ jual beli harus dipastikan saling meridhoi”.

Hukum jual beli terbagi menjadi 3 yaitu:
• Shahih
• Bathil {ghoiru shahih}
• Fasid {ghairu shahih}

Syarat dalam jual beli :
• Syarat terjadinya akad
• Syarat sahnya akad
• Syarat terlaksananya akad
• Syarat lujun (kepastian)
Terjadinya jual beli fasid yaitu apabila dalam transaksi tidak terpenuhinya syarat sahnya akad. Dimana syarat sah akad secara umum berhubungan dengan semua bentuk jual beli yang di tetapkan syara’ (terhindar dari kekacauan dalam jual beli)

BAB II
PEMBAHASAN

1. Jual Beli fasid
a. Pengertian
Jual beli fasid menurut fuqaha adalah jual beli yang secara prisip tidak bertentangan dengan syara’ namun terdapat sifat-sifat tertentu yang mengahalangi keabsahannya. Menurut Prof. Dr H. Rahmat syafei, MA. Jual beli fasid adalah yang memenuhi salah satu syarat dan rukun sehingga jual beli menjadi rusak.
Adapun perbedaan tentang jual beli fasid yaitu:
a. Menurut pendapat zumhur ulama. Bahwa akad jual beli yang keluar dari ketentuan syara’ maka tidak dianggap baik dalam muamalah dan ibadah.
b. Menurut pendapat hanafiah bahwa akad jual beli fasid adalah yang sesuai dengan syari’at pada asalnya, tetapi tidak sesuai dengan syariat pada sifatnya, seperti halnya jual beli yang dilakukan oleh orang yang mumayyiz tetapi bodoh sehingga menimbulkan pertentangan.

b. Permasalahan dalam jual beli fasid.
Hal-hal yang dipermasalahkan dalam jual beli fasid antara lain:
a. Jual beli anak kecil.
Menurut ulama sepakat jual beli anak kecil tidak sah. Sama seperti ulama syafi’iyas berpendapat tidak sah sebab tidak ada ahliah (ahli akad). Menurut ulama makkiyah, hanafiyah jual beli dipandang sah jika di izinkan wahinya (QS.annisa : 6).
b. Jual beli malja merupakan jual beli orang yang sedang dalam bahaya.
c. Jual beli munjiz yang dilihat sebab siqhatnya yang dikaitkan dengan suatu syarat atau di tangguhkan pada waktu yang akan datang.
d. Jual beli dilihat dari sebab ma’qudailaih (barang jualan), jual beli barang yang tidak jelas (majhul) , jual beli buah-bauahan atau tumbuhan.
e. Dilihat dari syara’ adalah jual beli barang dari hasil pencegatan barang. Syafiiyah dan hanafiyah berpendapat pembeli boleh khiyar. Fasid untuk malikiyah.

c. Akibat Hukum jual beli fasid
Konsep dari hanafiyah jual beli fasid berlangsung dengan qimah (narga standar) tidak tsamati (harga yang di sepakati dalam akad). Misal jual beli dengan tsaman berupa khamar atau di gantungkan dengan dengan persyaratan fasid atau tsamannya tidak jelas. Menunjukan kesepakatan terhadap mabi’ (barang yang diperjual belikan), kefasidan akad sesungguhnya berada dipihak pembeli karena pihak pembeli harus membayar dengan harta yang sepadan. Fuqaha hanafiyah berpendapat jual beli fasid tidak menimbulkan peralihan hak milik sebelum terjadi serah terima.

1 komentar:

  1. artikelnya bagus, ijin ngutip sdikit y buat melengkpi tgs kuliahku hhehe...

    BalasHapus